Waktu Posting : 06-06-2014 18:52 | Dibaca : 2422x
29-05-2014 09:50
Assalamualaikum :) Mba dr lely ,,, hihi maaf lagi pen nyobain konsul via web :p Mba memang nya kalau di bawah usia 6 bln ( yg seharusnya hanya mengkonsumsi asi ), trus diberikan asupan makanan selain asi dan bahkan makanan orang dewasa, apakah akan menyebabkan penyakit2 lambung dan semacamnya pada usia dewasa? Kok banyak yg bilang gt ya ... atau cuma mitos? hehe Jazakillah mba dr lely. Wassalamualaikum warahmatullah
03-10-2014 17:41
Apakah anda hendak meminum kopi atau cuma hendak sebatas ikuti trend sembari nongkrong bersama-sama dengan rekan-rekan? Saat ini sangat banyak kedai kopi yang bermunculan, namun anda hendak meminum kopi yang bersahabat juga dengan Anda? saat ini ada pula kopi instan dengan banyak pilihan. Namun anda pula mesti waspada apabila anda mempunyai penyakit lambung atau dapat di kenal dengan penyakit maag. Cafein yang terdapat didalam kopi sendiri bisa menyebabkan timbulnya asam lambung yang mengakibatkan rasa sakit di lambung. Menentukan kopi yang aman untuk lambung pasti amat utama terlebih untuk penderita penyakit maag, hal semacam ini pasti lantaran kopi memiliki kandungan cafein yang bisa menyebabkan kenaikan asam lambung. Pilih kopi yang jitu mesti jadi perhatian, lantaran sekarang ini minum kopi tak cuma jadi hoby, tetapi pula jadi tren pola hidup yang selalu diminati.  Baca juga : Cara Menjalankan Pola Hidup Sehat Menurut pakar kopi yaitu Adi W. Taroepratjaeka, sesungguhnya apabila meminum kopi tak senantiasa beresiko jelek pada lambung anda, pada intinya kopi itu memiliki karakter yang asam. Pada kopi yang berjenis espresso biasanya memiliki kandungan keasaman seputar 5 – 5, 5. Walau sebenarnya juice jeruk memiliki kandungan pH 4 serta pula pada makanan rujak yang memiliki kandungan pH 3, 5. Apabila anda makan dengan kandungan asam yang umum, kenapa ini tak berlaku pada kopi? Ini lantaran kandungan asam kopi memiliki penyebab yang cepat yang menyebabkan timbulnya asam lambung terlalu berlebih. Kopi tipe arabika, menurut sesungguhnya cukup aman untuk lambung penderita maag lantaran memiliki kandungan cafein yang lebih rendah. Hal semacam ini sudah dibuktikan dengan berbagai orang yang memiliki sakit maag, namun masih tetap aman saat konsumsi kopi Arabika. Kandungan cafein yang tinggi pada kopi memanglah bisa berbentuk toksin, serta lambung memiliki batas spesifik untuk mentolerir cafein yang dikonsumsi. Adapun batas normal minum kopi ialah dua cangkir satu hari, yang memiliki kandungan cafein setara dengan tiga shot espresso. Batasan itu dinilai aman, bahkan juga dapat menyehatkan untuk tubuh.  Baca juga : ALS dan Permasalahannya Bagi Kesehatan Sekarang ini beberapa orang yang bikin kopi dari biji yang pecah serta kecil. Dengan jalan ini, jadi seorang bakal memerlukan jumlah kopi yang semakin banyak untuk secangkir kopi, serta nyatanya hal semacam ini pula bakal membuahkan kandungan cafein yang semakin banyak pada secangkir kopi, dibanding dengan kopi yang di buat dari bubuk kopi halus. Tentang banyak buatan kopi putih instan yang di jual, baiknya tak dikonsumsi terlalu berlebih. Lantaran walau aman untuk lambung, tetapi kandungan gulanya terlampau tinggi. Tidak sama dengan kopi hitam yang walau manis, tetapi terbagi dalam komposisi kopi yang semakin banyak dibanding dengan gula yang dipakai. Sedang kopi putih instan, memiliki kandungan gula serta krimer yang lebih tinggi dibanding gulanya.
05-07-2016 05:07
Imunisasi merupakan salah satu cara mencegah penyakit berat pada anak. Infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi antara lain polio, campak, difteri, tuberkulosis, dan hepatitis B. Vaksin dibuat dengan melemahkan virus atau bakteri, namun dalam bentuk yang tidak membahayakan tubuh. Malah, bagian dari virus atau bakteri yang sudah dilemahkan itu akan membantu tubuh membentuk antibodi yang membuat anak menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Pada kasus peredaran vaksin palsu yang baru diungkap oleh kepolisian, diduga para tersangka pemalsuan vaksin mencampur cairan infus dengan antibiotik atau vaksin tetanus. Baca juga : Ingin Coba? Ternyata Ini Manfaat Pakai Kaos Kaki Isi Bawang Merah Menurut ahli vaksin, dr.Dirga Sakti Rambe Msc-VPCD, ada dua efek negatif pemberian vaksin palsu pada bayi. "Yang pertama dampak keamanan vaksin palsu itu dan yang kedua dampak proteksi atau kekebalan, yakni bayi yang diberi vaksin palsu tentu tidak memiliki proteksi atau kekebalan," kata Rambe seperti dikutip Antara. Ahli vaksin dari Universitas Siena, Italia itu, menambahkan, terkait dampak keamanan, kata dia, tergantung dari larutan yang dicampurkan pembuat vaksin palsu. Saat ini, kandungan yang terdapat dalam vaksin palsu masih diteliti lebih lanjut oleh Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian Indonesia dan Badan POM. "Yang jelas proses pembuatan vaksin palsu tentu tidak steril bisa tercemar virus, bakteri, dan lain sebagainya yang tidak baik bagi kesehatan," katanya. Dia menambahkan, kemungkinan jangka pendek yang dapat terjadi adalah timbulnya infeksi. "Infeksi bisa bersifat ringan bisa juga infeksi sistemik. Infeksi berat bisa berupa demam tinggi, laju nadi meningkat, laju pernafasan meningkat, leukosit meningkat, anak sulit makan minum hingga terjadinya penurunan kesadaran," katanya. Menurut Kementrian Kesehatan RI dalam twitnya melalui akun @KemenkesRI, karena vaksin palsu dibuat dengan cara yang tidak baik, maka kemungkinan timbulkan infeksi. Baca juga : Waspada, Ini 5 Penyakit yang Sering Salah Diagnosis! Gejala infeksi ini bisa dilihat tidak lama setelah diimunisasikan. Jadi kalau sudah sekian lama tidak mengalami gejala infeksi setelah imunisasi bisa dipastikan aman. Bisa jadi anak Anda bukan diimunisasi dengan vaksin palsu, tetapi memang dengan vaksin asli. Sementara itu, untuk dampak proteksi tujuan vaksinasi tidak tercapai, yaitu membentuk kekebalan tubuh sebelum seseorang jatuh sakit. Misalnya, seorang anak mendapat vaksinasi Hepatitis B sebanyak 3 kali. Setelah terpenuhi, anak ini kebal bila kelak terpapar oleh virus Hepatitis B. Ia sudah kebal tanpa harus jatuh sakit. Sementara anak yang tidak divaksinasi, harus sakit dulu baru dapat memiliki kekebalan. Bila ternyata anak ini mendapatkan vaksin yang palsu, tentu kekebalan itu tidak pernah ada.